By Pringadi Abdi Surya
Tidak seperti aku: sebuah ucapan selamat tinggal menyesatkanku
ke arah yang jauh.
Rintik gerimis, gadis berpayung, dan jejak sepeda yang kuhitung
telah membawaku pada kenangan. "Baru saja musim kemarau,"
sambil membaiat ilalang di sudut jauh yang bergoyang-goyang
ditiup angin dari seberang. Rambutku juga berkibar-kibar pelan
membayangkan masa depan antara kau dan aku.
Untuk sebuah alasan, aku perlu, agar rasa sakit ketika kata terima
kasih itu meluncur dari bibirmu. Aku diam. Kau selalu bertanya, "Ada
apa?"
dan aku menggelengkan kepala.
Musim barangkali sudah tak menentu. Gerimis barang tentu sudah
menyampaikan perasaanku. Tetapi,
sudahlah,
masih ada bau parfummu yang tertinggal di hangat sweaterku.
2010
---------------------------------------
Pringadi Abdi Surya. Karya-karyanya dapat ditemui di berbagai media.
The collection of Note's from me and all of my friends... and Whoever.... That's it.....
Showing posts with label gerimis. Show all posts
Showing posts with label gerimis. Show all posts
Feb 24, 2011
May 7, 2010
Cerita Tentang Aroma Gerimismu
By Rain Queen
Ketika itu, malam mengalamatkan kita pada sebentang rerumputan tinggi yang berayun-ayun dalam tebasan angin malam. Jemarimu memeluk erat jemariku. Iringi langkahku ke sebuah taman yang tersembunyi di antara rumput-rumput liar itu. Katamu, malam akan selalu melindungi kita dari apapun.
Aku meringis takut, ketika sebuah angin dingin menampar tubuhku seluruhnya. Perlahan-lahan aroma debu yang mengawang-awang jatuh terjebak bersama tanah. Setetes air jatuh. “Itu gerimis. Tenanglah, ia tak menyakitimu,” katamu tanpa berpaling dan terus menyeretku di sela-sela sapuan lembut daun gugur.
“Aku suka gerimis. Aku pecinta gerimis. Aroma debu itu,” bisikmu.
“Aku tak suka gerimis, aroma itu seperti menyumbat lorong menuju hidupku,” aku balik berbisik.
Lalu kita sampai di ujung bukit, tempat rumput-rumput pendek seperti di pangkas alam dengan rapi. Aku duduk manis meresapi segala yang disampaikan malam demi tebaran putih di angkasa. Kau menyilang kaki, merunduk, menyumpal dua kepalamu di sela lutut.
“Gerimis esok pagi, tak lagi memendam debu di rumput ini. Seperti perjalanan kita yang akan segera usai setelah gerimis ini pergi”
Banda Aceh, April 2010
-------------------------------------------------
Rain Queen. Nama Lengkapnya Cut Dini Desita, Lahir di Banda Aceh, 7 Desember 1988, sarjana Ekonomi Unsyiah, Jurnalis di LPM Perspektif FE Unsyiah.
NB: Sumber sajak ini adalah oase.kompas.com tanggal 6 Mei 2010.
Ketika itu, malam mengalamatkan kita pada sebentang rerumputan tinggi yang berayun-ayun dalam tebasan angin malam. Jemarimu memeluk erat jemariku. Iringi langkahku ke sebuah taman yang tersembunyi di antara rumput-rumput liar itu. Katamu, malam akan selalu melindungi kita dari apapun.
Aku meringis takut, ketika sebuah angin dingin menampar tubuhku seluruhnya. Perlahan-lahan aroma debu yang mengawang-awang jatuh terjebak bersama tanah. Setetes air jatuh. “Itu gerimis. Tenanglah, ia tak menyakitimu,” katamu tanpa berpaling dan terus menyeretku di sela-sela sapuan lembut daun gugur.
“Aku suka gerimis. Aku pecinta gerimis. Aroma debu itu,” bisikmu.
“Aku tak suka gerimis, aroma itu seperti menyumbat lorong menuju hidupku,” aku balik berbisik.
Lalu kita sampai di ujung bukit, tempat rumput-rumput pendek seperti di pangkas alam dengan rapi. Aku duduk manis meresapi segala yang disampaikan malam demi tebaran putih di angkasa. Kau menyilang kaki, merunduk, menyumpal dua kepalamu di sela lutut.
“Gerimis esok pagi, tak lagi memendam debu di rumput ini. Seperti perjalanan kita yang akan segera usai setelah gerimis ini pergi”
Banda Aceh, April 2010
-------------------------------------------------
Rain Queen. Nama Lengkapnya Cut Dini Desita, Lahir di Banda Aceh, 7 Desember 1988, sarjana Ekonomi Unsyiah, Jurnalis di LPM Perspektif FE Unsyiah.
NB: Sumber sajak ini adalah oase.kompas.com tanggal 6 Mei 2010.
Dec 22, 2009
Lukisan Angan
By Susy Ayu
**Dalam rangka Hari Ibu - 22 Desember 2009
Selamat Hari Ibu..........
---------------------------------------------------
aku ingin melukis pemandangan
sekumpulan bambu yang pucuknya melengkung
lalu ada kupu kupu di atas bunga
yang lebih sering terbang melingkar daripada hinggap
aku coba melukis pemandangan
mungkin sebentuk pelangi yang kucuri selepas hujan
bisa jadi sedikit gerimis di seberangnya
berdinding selapis warna jingga
lukisanku telah selesai
namun serupa perempuan yang kerap dipanggil ibu
di mana pelukan hangatnya tercerai pada yang entah
lalu isakan di pangkunya adalah lukisan yang tak pernah nyata
21 Desember 2009
---------------------------------------------------
Susy Ayu. Penulis, penyair dan karya-karyanya banyak disajikan di media massa dan situs pertemanan. Tinggal di Bekasi.
**Dalam rangka Hari Ibu - 22 Desember 2009
Selamat Hari Ibu..........
---------------------------------------------------
aku ingin melukis pemandangan
sekumpulan bambu yang pucuknya melengkung
lalu ada kupu kupu di atas bunga
yang lebih sering terbang melingkar daripada hinggap
aku coba melukis pemandangan
mungkin sebentuk pelangi yang kucuri selepas hujan
bisa jadi sedikit gerimis di seberangnya
berdinding selapis warna jingga
lukisanku telah selesai
namun serupa perempuan yang kerap dipanggil ibu
di mana pelukan hangatnya tercerai pada yang entah
lalu isakan di pangkunya adalah lukisan yang tak pernah nyata
21 Desember 2009
---------------------------------------------------
Susy Ayu. Penulis, penyair dan karya-karyanya banyak disajikan di media massa dan situs pertemanan. Tinggal di Bekasi.
Subscribe to:
Posts (Atom)