By Desiana Siregar
Hujan bagaikan tangisan langit di kaki bumi
Tetesan air yang jatuh semakin deras dari langit membasahi bumi
Aku meringkuk kedinginan di tengah derasnya hujan
Dan bumiku kini sebagian telah banjir
26 Januari 2011
----------------------------------------------
Desiana Siregar. Tinggal di Batam.
The collection of Note's from me and all of my friends... and Whoever.... That's it.....
Showing posts with label bumi. Show all posts
Showing posts with label bumi. Show all posts
Jan 26, 2011
Feb 3, 2010
mimpi bumi
By Koying
dalam serabut akar pada lintas zaman,
menjelaskan setiap generasi ada dan berada
terkadang melihat gambaran tiang tiang di bangun pada seribu kemasan
untuk menajapkan ke absolutnya pada imaji yang meluas ke angkasa
pada waktu tetap saja roda waktu tetap sama pada perwujudan mata
dalam ilalang zaman menutupi padang rumput di tepi matahari berdendang keemasan
bercerita kepada semua insan yang hidup di pinggir ataupun di tengga padang rumput
hujaran semua indahnya takdir tercipta di tangan insan di dalam pada rumput zaman
tanpa meninggalkan tanah merahnya
tanpa meninggalkan batunya
tanpa meninggalkan akar rumputnya
seakan siluman, mendorong otak dan kaki untuk dijelajahi,
penjelajaan bukan untuk menaklukkan, tapi saling berbagi
entah itu berbeda anutan, atau berbeda tindakan
cuma saling mengerti, apa yang terjadi
bukan untuk menujuk diri siapa yang berani,
sekaligus tak melihat terhukum ataupun tak terhukum
sebab kepentingan itu cuma permukaan
sebab kepentingan itu cuma ego diri
ada terpenting di atas itu semua, padang rumput itu harus terjaga,
padang rumput itu harus sebagai jiwa,
dan jiwa itu ada di atas tanahnya, bukan langitnya
dan itulah kenyataannya,
mungkin banyak ingin terbang ke langit, tapi tak ada orang mau ingin menembus bumi
karena bumi itu gelap, tak seperti di atas langit sana, langit penuh bintang dan purnama
3 Februari 2010
----------------------------------------------
Koying. Bukan nama sebenarnya. Sering menulis di situs blog inunesia.
dalam serabut akar pada lintas zaman,
menjelaskan setiap generasi ada dan berada
terkadang melihat gambaran tiang tiang di bangun pada seribu kemasan
untuk menajapkan ke absolutnya pada imaji yang meluas ke angkasa
pada waktu tetap saja roda waktu tetap sama pada perwujudan mata
dalam ilalang zaman menutupi padang rumput di tepi matahari berdendang keemasan
bercerita kepada semua insan yang hidup di pinggir ataupun di tengga padang rumput
hujaran semua indahnya takdir tercipta di tangan insan di dalam pada rumput zaman
tanpa meninggalkan tanah merahnya
tanpa meninggalkan batunya
tanpa meninggalkan akar rumputnya
seakan siluman, mendorong otak dan kaki untuk dijelajahi,
penjelajaan bukan untuk menaklukkan, tapi saling berbagi
entah itu berbeda anutan, atau berbeda tindakan
cuma saling mengerti, apa yang terjadi
bukan untuk menujuk diri siapa yang berani,
sekaligus tak melihat terhukum ataupun tak terhukum
sebab kepentingan itu cuma permukaan
sebab kepentingan itu cuma ego diri
ada terpenting di atas itu semua, padang rumput itu harus terjaga,
padang rumput itu harus sebagai jiwa,
dan jiwa itu ada di atas tanahnya, bukan langitnya
dan itulah kenyataannya,
mungkin banyak ingin terbang ke langit, tapi tak ada orang mau ingin menembus bumi
karena bumi itu gelap, tak seperti di atas langit sana, langit penuh bintang dan purnama
3 Februari 2010
----------------------------------------------
Koying. Bukan nama sebenarnya. Sering menulis di situs blog inunesia.
Dec 1, 2009
Drupadi
By Euis Melani Sabda
Semilir angin pagi ini
sungguh melukai diri
ingatan terlarang tentangmu membuatku terasa mati suri
waktu berhenti
ribuan kilo jarak
tak membuatmu hilang dari hati
aku ingin menjelma menjadi matahari
yang dapat membagi sinarnya pada semua jiwa
tidak hanya untuk satu hati
aku ingin menjelma menjadi bumi
yang dapat dipijaki tanahnya oleh semua raga
tidak hanya untuk sepasang kaki
aku ingin menjelma menjadi Drupadi
yang masih bisa membuka diri
saat Arjuna tinggal pergi
18 Oktober 2009
----------------------------------------
Euis Melani Sabda. Sering menulis puisi. Tinggal di Jakarta.
Semilir angin pagi ini
sungguh melukai diri
ingatan terlarang tentangmu membuatku terasa mati suri
waktu berhenti
ribuan kilo jarak
tak membuatmu hilang dari hati
aku ingin menjelma menjadi matahari
yang dapat membagi sinarnya pada semua jiwa
tidak hanya untuk satu hati
aku ingin menjelma menjadi bumi
yang dapat dipijaki tanahnya oleh semua raga
tidak hanya untuk sepasang kaki
aku ingin menjelma menjadi Drupadi
yang masih bisa membuka diri
saat Arjuna tinggal pergi
18 Oktober 2009
----------------------------------------
Euis Melani Sabda. Sering menulis puisi. Tinggal di Jakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)