By Rachma Al Isna
waktu datang dan pergi
menyisakan apa yang terlakoni...
baik dan buruk adalah sinergi yang bersebelahan,
tapi pelengkap atas keadaan yang tak bisa dibantah...
istiqamah adalah keharusan untuk kebaikan dan maaf adalah keharusan untuk kesalahan...
menyimpan salah adalah kebusukan hati dan saling memaafkan adalah jiwa perbedaan yang menyatukan...
'Met Lebaran, Maaf atas semua kata dan sikap...
Minal aidin waLFaidzin...
10 September 2010
------------------------------------------------
Rachma Al Isna. Suka menulis sajak pada situs-situs jejaring sosial. Tinggal di Mamuju, Sulawesi Selatan.
The collection of Note's from me and all of my friends... and Whoever.... That's it.....
Showing posts with label waktu. Show all posts
Showing posts with label waktu. Show all posts
Sep 11, 2010
Aug 2, 2010
bila...
By Febby Sahla
bila kelak waktu meniupku bersama bayu, mungkin hanya rasa trimakasih tiada terkira atas smua lembarlembar larikan kaya makna yang tersisa bersama kelu...
aku membahasakan mu seperti dedaunan,
menyejukkan...
penuh kenyamanan...
terselubung sgala kebaikan...
dan tulus tak terkatakan...
bila waktu menjelujur langkahku
menyimpanku lagi dalam keliman mimpi
engkau adalah babak tak terganti
akan selalu terbingkai disini,
dikedalaman sanubari
terkafani dengan kenangan hati
dan mungkin bersamaku hingga raga tertimbun nan
7 Juli 2010
-------------------------------------------
Febby Sahla. Tinggal di Semarang.
bila kelak waktu meniupku bersama bayu, mungkin hanya rasa trimakasih tiada terkira atas smua lembarlembar larikan kaya makna yang tersisa bersama kelu...
aku membahasakan mu seperti dedaunan,
menyejukkan...
penuh kenyamanan...
terselubung sgala kebaikan...
dan tulus tak terkatakan...
bila waktu menjelujur langkahku
menyimpanku lagi dalam keliman mimpi
engkau adalah babak tak terganti
akan selalu terbingkai disini,
dikedalaman sanubari
terkafani dengan kenangan hati
dan mungkin bersamaku hingga raga tertimbun nan
7 Juli 2010
-------------------------------------------
Febby Sahla. Tinggal di Semarang.
Jul 26, 2010
jejak kopi di bibirmu
By Dian Aza
Seperti lidah yang menjulur dari ruang di luar jendela, membasahi pahit bibir. Aku bertanya apakah saat ini waktu telah bersepakat mengikat kata. Waktu yang pernah menceraikan kalimatkalimatku dari paragrafmu. Hatiku sudah padang rumput, menunggumu jadi angin, bermainmain dengan ilalang di mataku. Aku merasa senja itu sembunyi di balik bukit, menunggu abaaba langit untuk membacakan sajak bagi bibirbibir pahit dan kering. Hangat dan hitam seperti bergelasgelas kopi di warungwarung sepanjang jalan, menunggu bibirbibir pahit dan kering untuk diusap pula. Lampulampu kota merayuku agar melupakan senja di bahumu. Tapi lidah yang menjulur dari balik jendela itu terusmenerus memohon waktu menunggumu. Bibirku harum dan manis, penuh jejak kopi*
26 Juli 2010
---------------------------------------------
Dian Aza. Sering menulis sajak di situs pertemanan. Tinggal di Malang.
Seperti lidah yang menjulur dari ruang di luar jendela, membasahi pahit bibir. Aku bertanya apakah saat ini waktu telah bersepakat mengikat kata. Waktu yang pernah menceraikan kalimatkalimatku dari paragrafmu. Hatiku sudah padang rumput, menunggumu jadi angin, bermainmain dengan ilalang di mataku. Aku merasa senja itu sembunyi di balik bukit, menunggu abaaba langit untuk membacakan sajak bagi bibirbibir pahit dan kering. Hangat dan hitam seperti bergelasgelas kopi di warungwarung sepanjang jalan, menunggu bibirbibir pahit dan kering untuk diusap pula. Lampulampu kota merayuku agar melupakan senja di bahumu. Tapi lidah yang menjulur dari balik jendela itu terusmenerus memohon waktu menunggumu. Bibirku harum dan manis, penuh jejak kopi*
26 Juli 2010
---------------------------------------------
Dian Aza. Sering menulis sajak di situs pertemanan. Tinggal di Malang.
Dec 1, 2009
Drupadi
By Euis Melani Sabda
Semilir angin pagi ini
sungguh melukai diri
ingatan terlarang tentangmu membuatku terasa mati suri
waktu berhenti
ribuan kilo jarak
tak membuatmu hilang dari hati
aku ingin menjelma menjadi matahari
yang dapat membagi sinarnya pada semua jiwa
tidak hanya untuk satu hati
aku ingin menjelma menjadi bumi
yang dapat dipijaki tanahnya oleh semua raga
tidak hanya untuk sepasang kaki
aku ingin menjelma menjadi Drupadi
yang masih bisa membuka diri
saat Arjuna tinggal pergi
18 Oktober 2009
----------------------------------------
Euis Melani Sabda. Sering menulis puisi. Tinggal di Jakarta.
Semilir angin pagi ini
sungguh melukai diri
ingatan terlarang tentangmu membuatku terasa mati suri
waktu berhenti
ribuan kilo jarak
tak membuatmu hilang dari hati
aku ingin menjelma menjadi matahari
yang dapat membagi sinarnya pada semua jiwa
tidak hanya untuk satu hati
aku ingin menjelma menjadi bumi
yang dapat dipijaki tanahnya oleh semua raga
tidak hanya untuk sepasang kaki
aku ingin menjelma menjadi Drupadi
yang masih bisa membuka diri
saat Arjuna tinggal pergi
18 Oktober 2009
----------------------------------------
Euis Melani Sabda. Sering menulis puisi. Tinggal di Jakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)