By Istiqomah Ummu Faradina
seperti daun-daun mangga itu akhirnya kita akan berguguran
menunggu kapan angin menjemput dan meniup
jatuh ke selokan atau terbang seperti kupu-kupu
pada tangan waktu yang merangkum semua rindu
juga dendam yang mendidih di letupan bibir
seperti itulah awan memberikan pilihan
bagaimana menjilati matahari di sisa hari ketika lidah telah menjadi bumerang
tak ada aroma melati tersisa
hanya kepalsuan memahatkan bara
mampukah mencecap rasa ketika hitam dan putih tersaji di hadapan
atau seperti hujan di gunung salju yang tak membagi dingin
seperti itukah hati kita?
lamat-lamat mengabarkan kematian tanpa elegi
pohon mangga, jambu, kelapa, anyelir, bahkan kamboja
tak sempat mencatat kabarnya
jemari memetik detik juga detak
memeluk dusta
tanpa kata
ia juga
membagikan pilihan
kemana angin kelak mengalirkan kita
pada deras syukur atau darah air mata
Istiqomah Ummu Faradina. Juga dikenal dengan nama Faradina Izdhihary, sering menulis di berbagai media. Puisi ini juga terbit di Jurnal Bogor, Minggu 8 November 2009. Karyanya yang lain juga terdapat di situs bLog http://storiesfromtheroad.wordpress.com.
Deras syukur & Darah air mata....???
ReplyDeleteDeras syukur...bersyukur jauh akan membuat hati kita tenang dr pada keluh kesah dan darah air mata
Syukuri apa yg ada hidup adalah anugrah
Tetep jalani hidup ini melakukan yg t'baik...
Song
by D Massiv
^_^