By Eddy D. Iskandar
MARLINA berlari-lari bagaikan kijang mas. Rambutnya diekor kuda. Tasnya berayunayun. Lucu dan manis. Marlina memang lucu dan manis. Tubuhnya yang ramping berisi, begitu lincah jika dipandang.
"Marlinaaa...!!!"
Sebuah teriakan menggema dari arah taman kampus Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Langkah Marlina terhenti. Kepalanya menoleh ke belakang. Sepi. Tak terlihat siapa-siapa. Tapi baru saja Marlina mau melangkah lagi, teriakan kembali menggema. "Marlinaaa...!!!"
Siapa sih? bisik hati Marlina. Suaranya mirip suara Aswin. Aswinkah? Playboy cap bebek itu? Playboy yang cuma bermodalkan Honda bebek? Peduli, ah!
Marlina melangkah lagi. Dan, teriakan itu kembali menggema.
"Marlinaaa...!!!"
Marlina makin penasaran. Ia menoleh lagi. Matanya yang hening meneliti dengan seksama. Tiba-tiba dari celah-celah rimbun daun, menyembul wajah lelaki yang dikenalnya, Aswin, mahasiswa akademi teater.
"Ada apaaa??!!!" sahut Marlina. "I love you!" teriak Aswin.
Marlina tertawa. Tertawa lepas. Barisan giginya yang putih kelihatan berkilat. Aswin memang nakal. Suka berterus terang sambil berkelakar. Marlina menyahut lagi.
"No time for love!"
Lalu Marlina berlari-lari. Aswin berteriak sambil mengejar.
"Tungguuu!!!"
Marlina tak peduh. Ia mempercepat larinya. Aswin tak mau ketinggalan, ia juga tancap kaki, lari seperti dikejar polisi sehabis maling. Dekat pohon flamboyan, Aswin berhasil menangkap lengan kanan Marlina.
"Aswin, lepaskan!" teriak Marlina.
"Habis kau menghindar sih."
"Aku mesti kuliah apresiasi musik."
"Masih ada waktu seperempat jam, kan?"
"Tapi dosennya killer, aku mesti lebih dulu masuk."
"Aku yang akan menghadapi dosen killer itu, kalau is berani memarahimu."
"Mmmhh.... lepaskan!" Marlina merengek. Keduanya tarik-menarik. Aswin berusaha agar lengan Marlina tidak lepas dari genggamannya. Marlina berusaha agar lengannya lepas dari genggaman Aswin.
Marlina berhasil melepaskan diri, tapi tasnya jatuh. Aswin tak menyia-nyiakan kesempatan itu, segera is menyambar tas Marlina. Marlina tak jadi melarikan diri. Aswin tertawa senang.
"Kemarikan tasku!"
"Tas ini ingin kupegang."
"Kan sudah dipegang, sekarang kembalikan!"
"Tas ini baru mau dikembalikan, kalau pemiliknya sudah menyatakan: I love you." "Jangan main-main, As! Sebentar lagi dosen killer itu datang!"
"la tak akan memarahimu, kau terlalu cantik untuk dimarahi."
"Kau juga bikin aku jengkel, kenapa bilang I love you saja susah!"
"Habis no time for love sih!" sahut Marlina geli.
"Kalau kau terns-terusan bilang no time for love, tas ini tiakkan sampai di tanganmu." "Aku minta dengan hormat, kembalikan tas itu!"
"Aku tidak butuh hormat, aku butuh I love you!"
"Ya, ampun!" Aswin tertawa. "Aku akan menangis!"
"Menangislah."
"Aku akan berteriak!" "Berteriaklah."
"Aswiiinnn...!!!" Marlina makin jengkel. "Yaaa..." Aswin meledek sambil tertawa. "Demi perikemanusiaan, kembalikan tasku! Kembalikan!"
"Demi ASEAN, demi PBB, demi Presiden Uganda Idi Amin, demi Tamy Bolin almarhum, demi siapa pun, tas ini takkan kukembalikan!" "Aku akan memusuhimu!"
"Musuhilah! Sebab menurut ahli ilmu watak, wanita yang semula memusuhi lelaki, ..
maka kelak lelaki itu, akan jadi idaman hatinya."
"Uuuhhh... maunya!"
"Jadi bagaimana? Kalau takut ketinggalan kuliah dan takut dimarahi dosen killer itu, silakan cepat-cepat masuk kuliah."
"Aku akan pergi, tapi tasku kembalikan!" "Lho, tas ini begitu damai dalam dekapanku," sahut Aswin sambil mehdekap tas itu. Meskipun jengkel, tak urung Marlina tersenyum, merasa lucu melihat tingkah Aswin.
"Aswin, demi aku, demi Marlina, kembalikan tas ituuu!!!"
"Baik, baik, baik. Demi kau, demi Marlina, akan kukembalikan tas iniii!!!" sahut Aswin meniru gaya bicara Marlina.
"Aaaa..." Marlina merengek.
`Begini saja, deh. Tas ini akan kulemparkan ke udara. Kita rebutan mengambilnya, siapa yang dapat, itu yang berhak mengambil."
"Kau ini man bikin gara-gara. Itu kan tasku, hakku!"
"Buktinya berada di tanganku." "Habis, kau merampoknya."
"Nah, kalau kau menganggap aku merampok, mesti ada tebusannya dong. Mau pilih yang mana: bilang I love you atau rebutan?"
"Kau ini! Kau ini! Aaaa...!! Waktu kuliah tinggal lima menit lagi. Aswin! Aaa...!!! Kembalikan tasku!!!"
"Pilih dulu, mau I love you atau rebutan?" "Rebutan saja!" jawab Marlina jengkel. "Okey, tas ini tertutup rapat, aku akan melemparnya."
"Cepat!"
"Nah, bersiaplah...satu...dua...tiga!!!" Marlina serentak menatap ke angkasa. Tapi Aswin cuma main-main. Tas itu diayunkan oleh kedua tangannya, tapi tak dibiarkan lepas. Tentu saja Marlina yang begitu serius jadi gondok.
"Aaaa.... terlalu kau ini! Terlalu!"
"Tadi kan percobaan. Sekarang serius." "Kalau kau menipu lagi, aku akan mengadu kepada dosen!"
"Okey? Kita mulai: satu...dua...tiga!"
..............
Bersambung Ke Bagian-2... Tunggu yaaa.... ;)
28 April 2010
-------------------------------------------
Eddy D. Iskandar. Puspa Indah Taman Hati adalah kelanjutan Novel Gita Cinta dari SMA karya Eddy D Iskandar yang di tulis pada pertengahan tahun 80an. Tahun 1977, nama Eddy D Iskandar tercatat sebagai novelis yang populer di kalangan remaja. Hampir semua novel karyanya menjadi novel terlaris. Dalam seminggu sudah cetak ulang. Begitu juga ketika dibuat film, selalu menjadi boxoffice. Bahkan Eddy dianggap sebagai pengarang yang memelopori cerita remaja dengan setting remaja SMA.
NB: Sumber artikel ini adalah oase.kompas.com tanggal 28 April 2010.
g sabar nunggu bagian 2nya ni...... ;)
ReplyDelete-rin
bagus....
ReplyDelete/lin
lanjutannyaaaa..... mana..??
ReplyDelete/yani
cakeeeeppp.....
ReplyDelete-emi
lanjutannya.........
ReplyDeletehaiiii.... bagus deh.... :)
ReplyDelete/fer